Nama Tokoh | Cut Nyak Meutia |
Kategori | Pejuang dan Pahlawan |
Tahun Lahir | 15 februari 1870 |
Tahun Wafat | 24 Oktober 1910 |
Riwayat Singkat | Tjoet Nyak Meutia (lahir di Keureutoe, Pirak Timur, Aceh Utara, 15 Februari 1870 – meninggal di Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910 pada umur 40 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Orang tua Tjoet Nyak Meutia merupakan keturunan mi |
Biografi | Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910. Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur. |
Pemikiran | Cut Nyak Meutia merupakan wanita pemberani yang ikut berperang melawan Belanda melalui jalan peperangan. Beliau mempunyai pemikiran yang jauh dari perempuan lainnya, yaitu berdiri di depan pasukan peperangan untuk memperjuangkan tanah kelahirannya dari kekuasaan Belanda. |
Peran | Cut Nyak Meutia dikenal sebagai sosok pemberani dan memiliki semangat juang yang tinggi serta tekad kuat untuk mengenyahkan para penjajah. Cut Nyak Meutia bertempur melawan Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau lebih dikenal sebagai Teuku Tjik Tunong. Mereka bersama-sama melalui perjuangan yang panjang, namun pada akhirnya Teuku Tjik Tunong ditangkap oleh pihak Belanda pada bulan Maret tahun 1905. Teuku Tjik Tunong kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Belanda di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, ia berpesan pada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya sepeninggal dirinya kelak. |
Kiprah | Sesuai pesan mendiang suaminya, Tjoet Njak Meutia pun menikah dengan Pang Nagroe lalu bergabung bersama pasukan pimpinan Teuku Muda Gantoe. Dalam suatu pertempuran melawan Korps Marechausée di Paya Cicem, Pang Nagroe tewas dalam peperangan pada tanggal 26 September 1910 sedangkan Tjoet Njak Meutia berhasil selamat. Ia bersama para wanita lainnya yang masih selamat kemudian melarikan diri ke dalam hutan. Setelah kematian Pang Nagroe, Tjoet Njak Meutia masih terus melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama sepasukan kecil pengikutnya. Mereka berusaha menyerang dan merampas pos-pos kolonial sepanjang perjalanan mereka ke Gayo melewati hutan belantara. Namun, pada pertempuran di Alue Kurieng tanggal 24 Oktober 1910 Tjoet Njak Meutia akhirnya gugur akibat tembakan peluru tentara Belanda. |