Nama Tokoh | Ny. Hj. Enny Achyany Busiri Suryowinoto (1993 – 1999) |
Kategori | Pengurus KOWANI |
Tahun Lahir | Malang, 14 Oktober 1931 |
Tahun Wafat | Jakarta, 1 Juli 2016 |
Riwayat Singkat | 1. Adat tradisi mengekang & kultur yg melebihkan pria yang berlaku bagi wanita Indonesia pada abad 19, meru- pakan akibat dari sistim penjajahan yang menindas dan menghambat kemajuan. Pd sa’at itu, wanita hanya diijinkan melakukan kegiatannya terbatas pada peran domestiknya, di rumah bersama keluarga. 2. Dominasi pria yg tidak memberi kesempatan wanita mengekspresi-kan diri untuk berkarya di luar peran domestiknya, menyebabkan wanita menjadi terbelakang & akhirnya para wanita muda yang berjiwa perkasa bersatu padu menjadi aktivis perjuangan kaum perempuan dlm rangka memberi kontribusi nyata dalam mengisi kemerdekaan guna mewujudkan cita-cita Bangsa, yaitu Indonesia Maju, Adil, Makmur & Sejahtera. 3. Semangat kaum muda ini memberikan ilham baru kepada kaum wanita yang duduk dalam berbagai organisasi itu. Jiwa persatuan dan kesatuan tergugah. Pergerakan wanita Indonesia yang sudah makin berkembang itu ingin lebih jelas dalam keberadaannya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Pada tanggal 22 sampai dng 25 Desember 1928 atas prakarsa 7 organisasi wanita diadakan Kongres Perempoean Indonesia yang Pertama di Yogyakarta. Kongres Perempuan Indonesia tsb dilangsungkan setelah Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 (yg lebih dikenal sebagai Hari “Sumpah Pemuda”), yg mendorong perjuangan bangsa kearah kesatuan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Berlangsungnya kongres Perempoean Indonesia pertama tanggal 22 - 25 Desember 1928 di Yogyakarta, merupakan suatu tonggak sejarah yg penting bagi kesa-tuan Pergerakan Wanita Indonesia. Walaupun organisasi-organisasi yang ada waktu itu mempunyai corak dan ragam berbeda-beda, namun dalam perbedaan itu mempunyai segi-segi persamaan yg dapat dijadikan tali pengikat untuk persatuan yaitu : a. Sama-sama berusaha meningkatkan kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat. b. Bersama-sama dengan kaum pria memikirkan & memperjuang-kan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejak semula tantangan-tantangan yg dihadapi oleh organisasi wanita adalah peningkat-an harkat dan martabat kaumnya dan harkat martabat rakyat Indonesia. Inilah yang selalu menjadi maksud dan tujuan dari setiap organisasi wanita. Berbagai hal ini pulalah yg membedakannya dengan corak perjuangan emansipasi wanita di Dunia Barat. 4. Salah satu keputusan Kongres Perempoean lndonesia di Yogya-karta ialah mendirikan badan federasi denga nama "Perikatan Perkumpulan Perempoean Indonesia" (PPPI). Hal terpenting dlm perkembangan PPPI yang dapat dicatat ialah keputusan Bahwa KESATUAN PERGERAKAN WANITA INDONESIA Berdasarkan KEBANGSAAN dan menyatakan diri sebagai bagian dari PERGERAKAN KEBANGSMN INDONESIA. 5. Dalam Kongres Perempoean Indonesia ke II soal Burub Wanita mendapat perhatian dari Kongres, antara lain karena kejadian di perusahaan batik di Lasem dimana buruh wanita diperlakukan tidak wajar. 6. Satu contoh lain, betapa Kongres Wanita Indonesia meme-gang teguh cita-cita kesatuan dan persatuan antara lain terlihat ketika Pemerintah Hindia Belanda menawarkan rancangan ordonansi perkawinan tercatat tahun 1937. Menurut rancangan ordonansi tersebut bagi mereka yang mencatatkan perkawinan mereka secara sukarela, setelah dilakukan perkawinan berlaku azas monogami. Meskipun sebagian besar organisasi wanita yang tergabung dalam Kongres Perempoean lndonesia dapat menerima rancangan ordonansi tersebut namun karena ada sebagian besar yang tidak menerimanya dan karena ditolak juga oleh golongan Islam, maka Kongres tidak mengeluarkan pendapatnya, demi persatuan dan kesatuan dalam pergerakan wanita Indonesia. 7. Selanjutnya untuk memajukan kaum wanita Indonesia, didirikan "Badan Pemberantasan Buta Huruf (BPBH)" di kalangan wanita dewasa, untuk mendidik wanita Indonesia menjadi lbu Bangsa, dengan demikian diharapkan akan tumbuh generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya. 8. Peristiwa yang dapat dicatat setelah Kongres Perempoean Indonesia ke-Ill tahun l938 adalah ketika Pemerin- tah Hindia Belanda membentuk Komisi untuk penyelidikan keinginan-keinginan bangsa Indonesia akan peru- bahan tatanegara, setelah diminta pendapat dua orang wanita yaitu Ny. Sunaryo Mangunpuspito yang mengajukan tuntutan "Indonesia ber-Parlemen" dan Ny. Sri Mangunsarkoro menuntut "Indonesia Merdeka". 9. Kongres Perempoean Indonesia ke IV di Semarang bulan Juli 1941 mengusulkan kepada anggota-anggota bangsa Indonesia dalam Dewan Rakyat (Volksraad) supaya bahasa Indonesia dimasukkan sebagai mata pelajaran tetap pada semua sekolah menengah. 10. Kongres Perempoean Indonesia ke-V yg telah dipu-tuskan akan diadakan di Surabaya, tidak dapat di- langsungkan karena pd tahun 1942 Tentara Jepang menduduki Hindia Belanda. Dalam pendudukan Jepang, semua organisasi pergerakan wanita yang telah ada dibubarkan. Oleh Jepang dibentuk organisasi-organisasi yang menjalankan kegiatan untuk kepentingan Jepang dalam rangka mencapai kemenangan perang terhadap Sekutu. Pada masa ini umumnya pemimpin-pemimpin Nasional Indonesia bekerja sama dengan Jepang, maksudnya memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan yang ada untuk tujuan persiapan kemerdekaan Indonesia. Sejalan dengan strategi tersebut, para pemimpin pergerakan wanita Indonesia juga berusaha mempergunakan kesempatan itu. |
Biografi | Biografi 1. Anggota Organisasi Ikatan Pelajar Indonesia di Malang, 1947 - 1951 2. Ketua Persit Ranting I / Territorium V Brawijaya Malang, Th. 1954 - 1955 3. Ketua Persit Cabang Yon 601 Tarakan dan Samarinda G.O.W. di Samarinda, Th. 1955 - 1956ian 4. Anggota Persit S.S.K.A.D. Bandung, 1957 - 1959 5. Ketua Persit / Kartika Chandra Karyawan TNI-AD Jakarta, Th 1960 - 1966 6. Ikut Delegasi KOWANI Memenuhi Undangan dari The Soviet Woman's Committee di Moskow, Th. 1965 7. Anggota Presidium Sekber Golkar Jakarta, Th. 1970 - 1971 8. Ketua Seksi Politik P.P. Persit K.C.K. Jakarta, TH. 1971 - 197498. 9. Ketua SEksi Politik P.P. Dharma Pertiwi Jakarta, Th. 1973 - 1974 10. Anggota Badan Harian Kordinasi Wanita Golkar, Th. 1971 - 1973 11. Wakil Koordinator Badan Harian Kordinasi Wanita Golkar, Th. 1973 - 1976 12. Koordinator IV / Golkar Karyawati Dharma Pertiwi Jakarta, Th. 1974 - 1976 13. Anggota Delegasi Dalam Konferensi Dunia Tk. Wanita International di Mexico City & juga Anggota Delegasi dalam ASEAN Woman Leodare & International Woman's Year Post Conference Meeting di Jakarta, Th. 1976 14. Anggota Delegasi KOWANI Dalam Triennial Meeting di Canada, Th. 1976 15. Menjadi Ketua Umum KOWANI (Kongres Wanita Indonesia), Periode 1993 -1999 16. Menjadi Presiden ACWO (ASEAN Confideration of Women’s Organizations), periode Tahun 1996 – 1998 17. Berdasarkan Hasil Munas VII, tgl. 23 – 25 April 2002, di Jakarta, Ibu Enny Busiri Suryowinoto, SPd I, MSI, terpilih menjadi Ketua PIVERI (Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia), Periode Tahun : 2002 – 2007, (Pengangkatan Pertama). 18. Berdasarkan Hasil Munas VIII, tgl. 26 – 27 Juli 2007, di Jakarta, Ibu Enny Busiri Suryowinoto, SPd I, MSI, terpilih kembali menjadi Ketua PIVERI (Persatuan Istri Veteran Republik Indonesia), Periode Tahun : 2007 – 2012; {Pengangkatan ke – 2 (dua)} |
Pemikiran | Pemikiran 1. Wanita Indonesia senantiasa bekerja/berjuang bahu. membahu dengan kaum pria, yang dapat dibuktikan dari peran serta mereka dari sejak awal pergerakan bangsa Indonesia hingga sekarang. 2. Penghargaan atas partisipasi wanita dalam perjuangan merebut, mempertahankan & mengisi kemerdekaan adalah dicantumkannya dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tentang Peranan Wanita dalam Pembangunan. 3. Peningkatan kualitas manusia Indonesia melalui berbagai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta penguasaan teknologi mutlak diperlukan, menatap masa depan Indonesia ialah era Kebangkitan Nasional Kedua. |
Peran | Peran 1. Ikut memperjuangkan perbaikan kedudukan wanita & mengisi ke-merdekaan dng berbagai kegiatan yg pd dasarnya adalah pemba-ngunan bangsa & negara 2. Ikut aktif dlm menumbuhkembangkan organisasi perempuan baik dlm kuantitas maupun kualitasnya, yang antara lain mencakup pendidikan politik, yg lebih terbuka, & lebih berani, khususnys untuk memperjuangkan hak emansipasi wanita. |
Kiprah | Kiprah 1. Meskipun sejak abad 19 tsb diatas, Ny Enny Busiri mengikuti kegiatan para perintis pergerakan wanita, tapi itu sifatnya per-orangan, namun demikian jelas merupakan rintisan yg sangat penting artinya kearah kebangkitan kaum wanita secara umum. Kegiatan yg bagaikan percikan api itu ternyata ampuh dlm tero- bosan untuk memotivasi wanita agar bangkit dari keterbelakangan dan kemiskinannya. 2. Pemerintah penjajahanpun sadar bahwa para pendekar emansipasi ini berbahaya bagi mereka. Dengan caranya yang halus kaum wanita berjuang mendampingi kaum pria melawan belenggu penjajahan. Makin lama kegiatan ini makin meluas, membangunkan wanita dari kelelapan tidur dialam keterbelakangan. 3. Menghimpun serta menggerakkan Organisasi Wanita di Tarakan untuk persatuan & kesatuan menghadapi lingkungan asing (BPM Belanda di Tarakan), Th. 1955 - 1958 4. Ikut Perjuangan TRIKORA bersama Organisasi Wanita BKSOW 5. Semangat wanita untuk berkumpul dan berorganisasi semakin tampak jelas diawal abad ke-20, termasuk semangat Ny Enny Busiri. 6. Berkenaan dng hal tersebut, perjuangan Wanita Indonesia ini sangat erat hubungannya dengan pergerakan bangsa Indonesia & merupakan bagian yg tak terpisahkan dari perkembangan & pertumbuhan organisasi-organisasi wanita yg sebagian merupakan organisasi kebangsaan, seperti : Budi Utomo, Taman Siswo, Muhammadiyah, Serikat Islam, Golongan Agama Katholik, Jong Islamieten Bond, Jong Java, Serikat Ambon, Persatuan Tarbiyah, dsb. |