Nama Tokoh | Ny. Hj. Mien Sugandhi (1988 – 1993) |
Kategori | Pengurus KOWANI |
Tahun Lahir | 28 Juli 1934 |
Tahun Wafat | 5 Januari 2020 |
Riwayat Singkat | Riwayat singkat 1. Sekretaris Umum IKKH (1967-1974) 2. Anggota DPR-RI selama 2 periode : Komisi VIII (1977-1982); Komisi II (1983-1993) 3. Ketua Himpunan Wanita Karya (HWK) 1988 4. Ketua Umum KOWANI (1988-1993) 5. Ketua DPP Golkar (1988-1993) 6. Ket |
Biografi | Biografi : Mien Sugandhi ( yang bernama lengkap Siti Aminah binti Soeprapto Djojokusumo ) lahir di Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 6 Oktober 1934. Sebagai anak ke-4 dari delapan bersaudara, Mien telah memiliki kebiasaan berani bicara blak-blakan dan ceplas-ceplos dalam melontarkan gagasannya, karena dorongan untuk menegakkan kebenaran serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Watak yang demikian terbentuk dimulai dari lingkungan keluarga, yang membuatnya belajar nilai-nilai menjadi wanita mandiri karena ibundanya R.R. Siti Chotimah meninggal dunia saat Mien berusia 11 tahun.
Sepeninggal ibunda, praktis tanggung jawab rumah tangga menjadi tugas putra-putri Soeprapto, mulai dari mengurus makan ayah mereka, memandikan adik bungsu yang masih kecil hingga mencuci baju, piring dan belanja ke pasar. Tanggung jawab paling berat yang dilimpahkan kepada Mien ialah mengelola keuangan keluarga. Baginya tanggung jawab merupakan suatu kepercayaan yang harus dipelihara secara utuh sekalipun dalam hal-hal sepele.
Mien bertemu dengan Mayor Sugandhi, yang saat itu mendampingi Bung Karno sebagai ajudan. Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Magelang dan bertemu ayahanda Mien, Soeprapto yang menjabat sebagai kepala polisi di wilayah Jawa Tengah. Perkenalan tersebut terjadi singkat namun menanamkan kesan yang mendalam pada Mien, karena melihat sikap dewasa Sugandhi yang usianya terpaut 11 tahun lebih tua dari Mien. Hubungan cinta Mien dan Sugandhi akhirnya berlanjut ke pelaminan dan mereka menikah di Magelang pada tahun 1950.
Mien dan Sugandhi dikaruniai seorang putri, yang diberi nama Sribudhi Mintorosasi. Putrinya ini kemudian menikah dengan perwira muda lulusan 1965 dari AMN (Akademi Militer Nasional) bernama Soeyono. Soeyono sempat menjadi ajudan pada masa Presiden Soeharto dan kemudian menjadi Kasum ABRI berpangkat Letnan Jenderal.
Sebelum menggeluti dunia politik, konsep organisasi bagi Mien sangat sederhana, yakni untuk mencapai tujuan bersama. Tapi Mien sadar untuk menjadi politisi yang baik diperlukan seorang guru yang mampu mengisi dan mengilhami pandangan-pandangan secara kritis terutama untuk menganalisis masalah-masalah kemasyarakatan, pemerintahan dan kenegaraan. Wawasan politik Mien mulai terbentuk dan berkembang setelah terpilih menjadi anggota Komisi VIII DPR pada tahun 1977. Ia selalu mendapat bimbingan dan arahan dari suaminya Mayjen TNI (Purn) Sugandhi, pendiri MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong)
Satu hal yang istimewa dalam kehidupan Mien ialah sikap Pak Gandhi yang secara terus menerus mendorong Mien untuk berpandangan maju dan mampu mengaktualisasikan diri. Sebagai suami, Pak Gandhi tidak pernah membatasi atau melarang kegiatannya berorganisasi atau berpolitik. Pak Gandhi juga tidak pernah mengatakan sebagai istri dia harus tinggal di rumah untuk mengurus keluarga dan menjaga anak.
Sepeninggal suaminya, Mayjen (Purn) Sugandhi yang terakhir menjabat sebagai Wakil Ketua DPA pada tahun 1991, Mien Sugandhi tetap berkiprah dan dipercaya oleh Presiden Soeharto untuk mengemban amanah sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Tidak hanya itu, Mien Sugandhi juga mendapatkan banyak penghargaan dan apresiasi baik di tingkat nasional dan internasional. Beliau juga meletakkan fondasi kuat untuk pembangunan pemberdayaan perempuan dengan menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Dunia Wanita Ke - 4 di Beijing pada Oktober 1995 yang menghasilkan Beijing Platform for Action (BPfA), Mien Sugandhi juga menjadi Ketua Penyelenggara Konferensi Dunia para Menteri Negara-Negara Asia-Afrika dan Non-Blok di Beijing.
Kedua pertemuan penting tingkat internasional tersebut menjadi inspirasi bagi seluruh negara Asia-Afrika untuk melaksanakan strategi Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan. Saat ini, strategi tersebut telah dituangkan menjadi Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Instruksi Presiden ini menjadi dasar dimulainya pembangunan gender di seluruh bidang pembangunan.
Mien Sugandhi menghembuskan nafas terakhir di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, pada tanggal 5 Januari 2020 di usia 85 tahun, setelah sebelumnya dirawat karena mengalami stroke. Sebelum dimakamkan di TMP Kalibata, Gedung Kemen PPPA menjadi tempat persemayaman terakhir Mien Sugandhi. Kementerian ini menjadi salah satu saksi perjuangan Mien Sugandhi dalam membela hak-hak perempuan yang salah satunya melalui peningkatan derajat perempuan. |
Pemikiran | Pemikiran : “Terwujudnya kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita adalah bagian dari obsesi saya. Salah satu cara untuk mewujudkan program itu adalah mensosialisasikannya melalui Konferensi ASPAC, Gerakan Nonblok II dan Konferensi Dunia IV tentang Wanita. Sekalipun perjuangan masih panjang, saya yakin masalah kemitrasejajaran antara pria dan wanita kelak akan mendunia.” (1998)
“KOWANI seharusnya menjadi Ibu Bangsa, mampu menyelamatkan masa depan Bangsa . Tugas Kowani melanjutkan perjuangan Ibu Kartini. Meski Ibu Kartini tidak mempunyai anak, tapi mampu mengarahkan perempuan ke yang lebih baik.” (2014)
|
Peran | Peran : Sebagai aktivis organisasi, politisi dan birokrat, wanita kelahiran Magelang, Jawa Tengah ini memiliki peranan historis yang besar dalam mengangkat citra dan martabat kaum wanita. Sumbang saran Mien Sugandhi dalam membela dan memperjuangkan kepentingan kaum wanita seakan tak pernah kering. Mien Sugandhi berkeyakinan, segala praktik diskriminasi terhadap kaum wanita yang selama ini membelenggu pola pikir dan kultur masyarakat Indonesia hanya bisa dihapus dengan mewujudkan program Kemitrasejajaran, yang merupakan pergumulan panjang dan obsesi Mien yang paling dalam.
Untuk menekan jumlah wanita buta huruf, Mien Sugandhi berkampanye bersama Kowani dan ormas wanita lainnya mengunjungi desa-desa dan menjelaskan pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Selain populer dengan gagasan dan pandangan menyangkut usia pensiun pegawai wanita, masalah TKI, pemilihan ratu kecantikan, cuti melahirkan, emansipasi (kemitrasejajaran) wanita dalam jenjang karier dan jabatan, beliau juga dikenal aktif dalam kampanye KB, anti narkotika, aborsi dan Undang-Undang tentang Perkawinan.
|
Kiprah | Kiprah :
Kiprah :
|